Kamis, 29 Maret 2012

Pendidikan Anak Prasekolah



Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
  • Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
  • Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Bagaimana cara membangun karakter anak sejak usia dini?
            Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.
Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang tua kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa. Ketika dewasa karakter semacam itu akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan.
Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.
Nah, sekarang kita memahami mengapa membangun pendidikan karakter anak sejak usia dini itu penting. Usia dini adalah usia emas, maka manfaatkan usia emas itu sebaik-baiknya.

Kamis, 22 Maret 2012

David Weschler

Tugas bersama :
Ajeng Diah Andhini (11-024)
Liandra Khairunnisa (11-100)



                          Wechsler adalah seorang psikolog klinis kelahiran Lespedi, Romania pada tanggal 12 Januari 1896. Ia menyelesaikan pendidikan dasar dan sekolah menengah di New York City, dan mendapatkan gelar A.B. dari College of the City pada tahun 1916, serta gelar M.A. dari Columbia University pada tahun 1917. Pada awal kariernya, Wechsler dipercayakan sebagai trainer psikologis di Amerika Serikat dalam perang dunia I. tugasnya adalah menghitung dan mengevaluasi prestasi prestasi dari ribuan calon tentara, berdasarkan Army Alpha Test. Kemudian Wechsler mendapatkan pelatihan dasar di sekolah psikologi militer di kamp Greenkar, Georgeia, dan iapun ditugaskan di unit psikologi di Fort Logan, Texas sebagai tim penilai (evaluasi) prestasi para calon tentara..
Pada tahun 1932, Wechsler diangkat menjadi kepala bagian psikologi di Belevue Psychiatric Hospital. Pada tahun yang sama, Wechsler mulai mengembangkan satu bentuk tes inteligensi baru, sebagai revisi atas beberapa tes inteligensi sebelumnya, seperti tes Binet dan Simon yang sebelumnya mendominasi dunia tes inteligensi pada zamannya.
 
                  Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. 

weschler terkenal dengan skalanya yaitu skala weschler, terdiri dari 3 yaitu :
·         WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) di tahun 1949. Banyak soal diambil langsung dari tes orang dewasa. WISC third edition Untuk usia 6-16 tahun 11 bulan.
·         WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) di tahun 1955. Untuk usia 16-74 tahun.
·        Wechsler Preeschool and Primary Scale of Intelligence-Revised)tahun 1989. Tes ini untuk rentang usia 3-7 tahun 3 bulan.

1. Skala WAIS terdiri dari skala verbal dan skala performansi. Skala Verbal terdiri dari informasi, rentang angka, kosa kata, hitungan, pemahaman, dan kesamaan. Sedangkan  Skala performansi terdiri dari kelengkapan gambar, susunan gambar, rancangan balok, perakitan objek, dan simbol angka.
2. Skala  WPPSI-R terdiri dari :
Advance Progressive Matrices yaitu tes APM terdiri dari 2 set dan bentuknya non-verbal. Set 1 disajikan dalam buku tes yang berisikan 12 butir soal. Set II berisikan 36 butir soal tes. Tujuannya untuk mengatur tingkat intelegensi, di samping untuk tujuan analisis klinis. 
Colours Progressive Matrices yaitu materi tes terdiri dari 36 item/gambar. Item ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok atau 3 set yaitu set A, set Ab dan set B. item disusun bertingkat dari item yang mudah ke item yang sukar. Tiap item terdiri dari sebuah gambar besar yang berlubang dan dibawahnya terdapat 6 gambar penutup. Tugas testi adalah memilih salah satu diantara gambar ini yang tepat untuk menutupi kekosongan pada gambar besar. Tujuannya untuk mengungkap taraf kecerdasan bagi anak-anak yang berusia 5 samapai 1 tahun.
 Culture Fair Intelligence Test (CFIT), Scale 2 and 3 From A and From B yaitu buku soal dan lembar jawaban yang terpisah. Tujuannya untuk keperluan yang berkaitan dengan faktor kemampuan mental umum atau kecerdasan. Skala 2 untuk anak-anak usia 8-14 tahun dan untuk orang dewasa yang memiliki kecerdasan di bawah normal. Skala 3 untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa dengan kecerdasan tinggi.
The Standard Progressive Matrices (SPM) yaitu materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar.



Kamis, 15 Maret 2012

Thursday Activity

Hari Kamis itu ya hari yang melelahkan tapi mengasikkan juga buat aku. karna hari ini itu tepatnya aku ikut ekskul ngedance sama temen-temen dan kakak senior. awalnya sih susah ngikutin gerakannya ya, karna aku juga pertama kali ngedance kayak gini -__-" tadi itu kami diajarin waving, popping juga shuffling (wohooo asik asik ;;) ) niat awalnya sih ikutan ngedance ini biar sekalian olahraga ,manatau badan jadi langsing (AMIIINNN) capeeek sih emang. capek kali gak aja!dan sepertinya aku butuh tukang kusuk tiap hari kamis :( pengennya sih tidur langsung tapi eh tiba-tiba teringat kalo aku banyak tugas. oke mari kita ngerjai tugas ^^v

Jumat, 09 Maret 2012


Tugas bersama
Galih Mataro (11-111)

Bagaimana pandangan dan penilaian kelompok anda sehubungan dengan kewajiban setiap mahasiswa yang mengikuti mk.psikologi pendidikan 3 sks ta.2011/2012 harus memiliki e-mail dan blog ditinjau dari uraian psikologi pendidikan dan fenomena pendidikan di Indonesia, Medan khususnya

Menurut kami , akan ada dampak positif dan negatif jika setiap mahasiswa harus memiliki e-mail dan blog.
Apabila kita dapat menggunakan media ini dengan baik , maka akan sangat bermanfaat bagi kita dan menimbulkan dampak yang positif seperti :
1.       Kita dapat mengenal kepribadian seseorang, karena biasanya didalam blog tersebut memungkinkan kita mengintip isi kepala dan kehidupan sehari-hari yang memiliki blog tersebut, dan biasanya semua tergambar jelas didalam blognya.
2.       Kita dapat membangun komunikasi antara dosen dan mahasiswa serta sesama mahasiswa.
3.       Kita dapat memposting kapan saja , tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
4.       Blog dapat menambah wawasan dan kreativitas kita.
5.       Serta dengan adanya blog kita dapat termotivasi untuk terus berkarya.

Namun, media ini juga menghasilkan dampak negatif seperti:

1.       Kita bisa lupa waktu karena kecanduan menggunakan blog.
2.       Banyak membuka blog dapat merusak mata kita karena lama melihat komputer.

Menurut kami, blog dapat dikategorikan sebagai e-learning yang merujuk kepada penggunaan teknologi internet yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Dalam dunia pendidikan, blog dapat dijadikan media belajar interaktif.
Jika pada setiap daerah ada guru yang aktif ngeblog, maka bisa saja pendidikan di Indonesia akan cepat majunya. Karena mereka dapat saling bertukar pikiran antar sesama guru di Indonesia. Khususnya Medan yang sekarang sudah mulai ada sekolah-sekolah yang menggunakan e-learning.
Dengan adanya proses  pembelajaran yang bervariatif ini , memungkinkan adanya inovasi pembelajaran di masa depan. Misalnya guru atau dosen sudah tidak lagi tatap muka untuk mengajar , mereka dapat mengepost materi yang akan dibahas lalu setiap murid atau mahasiswa diwajibkan untuk berinteraktif.